Selasa, 04 September 2012

Etos Kerja Dalam Kemandirian Ummat Islam


MAKALAH
(Persyaratan Advance Training Pelajar Islam Indonesia)

“ETOS KERJA DALAM KEMANDIRIAN MASYARAKAT ISLAM”





OLEH:
NAWARUDDIN
PW PII PEKANBARU


LEADERSHIP ADVANCE TRAINING (LAT)
PELAJAR ISLAM INDONESIA
SUMATRA BARAT
2012
DAFTAR ISI


BAB I: PENDAHULUAN.............................................................................
A.    Latar Belakang.....................................................................................
B.     Tujuan...................................................................................................
C.     Rumusan Masalah.................................................................................
D.    Landasan teori......................................................................................

BAB II: PEMBAHASAN..............................................................................
A.      Definisi Etos-Kerja...............................................................................
B.       Permasalahan Kehidupan Dunia Kerja.................................................
C.       Kondisi kemandirian di Indonesia........................................................
D.      Level Usaha Manusia............................................................................
E.       Ciri Etos Kerja Muslim.........................................................................
BAB: III PENUTUP
     Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................











KATA PENGANTAR

            Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah dengan judul  “ETOS KERJA DALAM KEMANDIRIAN MASYARAKAT ISLAM” dengan baik dan tepat pada waktunya.
            Makalah ini berisikan tentang uraian karakter yang harus dimiliki oleh masyarakat muslim yang saat ini sudah mulai menurun agar bisa menggapai semangat untuk kembali bangkit dan menunjukkan kemandiriannya sebagai sosok masyarakat islam Indonesia yang benar-benar memiliki nilai etos kerja yang tinggi di masa globalisasi ini saat ini.
            Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini.

            Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan
makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.




Pekanbaru, 13 Januari 2012
                                                                                                     
                                                                                        Penulis

BAB I
PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang
Sangat menarik mendiskusikan Islam dan ummat Islam dewasa ini. Pasalnya Islam yang dicitrakan sebagai ya’lu wa la yu’la’alaihi dan tidak ada yang menandinginya berbeda dengan kondisi ummat penganutnya (meminjam istilah Ismail Raji al-Faruqi dalam buku Islamization of knowloge, 1982) yang berada di anak tangga paling bawah dalam peradaban manusia.

Memantau perkembangan ummat islam, maka sudah selayaknyalah kita mencoba melihat aktivitasnya dari segi perekonomian yang saat ini memiliki banyak problema-problema. Setiap perekonomian sejak dulu hingga saat ini dan demikian selanjutnya ke masa depan, akan selalu membawa pada dirinya unsur-unsur yang berbeda satu sama lainnya.

Dalam berbagai masalah perekonomian masyarakat Islam Indonesia ada hal yang kini sudah terlupakan, yaitu mengenai etos kerja yang baik dalam menjalani kehidupan sebagai masyarakat islam Indonesia.

B.  Tujuan
          Adapun tujuan dibuatnya makalah ini adalah untuk memenihi persyaratan Leadership Advance Training (LAT) Pelajar Islam Indonesia di Sumatra Barat serta untuk menambah pengetahuan kita semua dalam memahami etos kerja yang sesungguhnya dalam islam.

C.  Rumusan Masalah
-   Pengertian Etos Kerja..?
-   Permasalahan kehidupan dunia kerja..?
-   Kondisi kemandirian di Indonesia.?
D.  Landasan Teori
          Penulis buku  K.H. Toto Tasmara dalam bukunya “Membudayakan Etos Kerja Islami” menyatakan bahwa Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Sikap ini tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat.[1]
















BAB II
PEMBAHASAN

A.      Definisi Etos-Kerja

Etos memiliki arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik buruk(moral), sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang sangat kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal.
Sedangkan makna “bekerja” bagi seorang muslim adalah suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan zikirnya untuk mengaktualisaikan atau menampakkan arti dirinya  sebagai hamba Allah yang harus menundukkan dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik (khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan bekerja manusia itu memanusiakan diri.[2]

B.       Permasalahan Kehidupan Dunia Kerja
Ada begitu banyak permasalahan dalam kehidupan ini. Bahkan, tak jarang masalah-masalah itu berakibat pada munculnya stress dan depresi psikologis. Di Negara maju seperti amerika, masalah pribadi seperti perkawinan dan persahabatan merupakan penyebab stress yang terbesar. Tapi di Negara miskindan sedang berkembang seperti Negara kita tercinta ini “Indonesia” penyebab utamanya adalah krisis ekonomi yang berdampak pada bangkrutnya ratusan perusahaan, ambrukna perbankan, dan merebaknya gelombang PHK.[3]

Meski demikian bukan berarti krisis ekonomi tidak ada manfaatnya. Minimal dengan adanya krisis dapat mendewasakan masyarakat, mempertajam daya empati terhadap sesame, dan merubah gaya hidup menjadi lebih rasional; bukan konsumtif. Mereka yang terkena PHK mencoba alih pekerjaan dan membuka warung tenda, usaha catering, berdagang sembako dan lain-lain.

Hal ini sangat menyangkut dengan sebuah hadist rasulullah;  Dari Rifa’ah Ibnu Rafi’ r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap jual-beli yang bersih”. (HR Al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim).

Dari hadist di atas dapat kita lihat bahwa Islam sangat menghargai kerja keras, kreatifitas maupun inovasi yang dihasilkan melalui tangan seseorang dalam melakukan pekerjaan. Islam juga mengharuskan setiap pekerjaan dilakukan secara mabrur, yakni dilakukan dengan kejujuran, kejelasan dan sesuai dengan syariat.

Kata “bekerja” mengandung arti sebagai suatu usaha yang dilakukan seseorang, baik sendiri atau bersama orang lain, untuk memproduksi suatu komoditi atau memberikan jasa. Kerja atau berusaha merupakan senjata utama untuk memerangi kemiskinan dan juga merupakan faktor utama untuk memperoleh penghasilan dan unsur penting untuk memakmurkan bumi dengan manusia sebagai kalifah seizin Allah.


C.      Kondisi kemandirian di Indonesia
            Kemandirian saat ini, menjadi keniscayaan bagi Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Ketergantungan terhadap Negara-negara maju masih sangat kuat dalam konteks capital, market maupun teknologi. Kondisi ini menjadikan fondasi pembangunan menjadi rapuh. Kegagalan pembangunan orde lama dan orde baru terletak pada permasalahan struktur ekonomi, social, politik ataupun ketergantungan besar pada Negara-negara maju. Pendekatan teori ketergantungan (dependency) menekankan bahwa rintangan-rintangan utama telah menghambat dan merusak perkembangan ekonomi dan social merupakan rintangan-rintangan yang bersifat structural, baik yang terdapat dalam struktur ekonomi, social maupun sifat ketergantungan padakekuasaan asing.[4]

            Mewujudkan Indonesia yang mandiri bukanlah perkara mudah dan bias diciptakan dengan cepat. Kemandirian disini bukanlah melepaskan diri dari hubungan bilateral, regional atau internasional, akan tetapi berusaha menyeimbangkan hubungan dengan memperkuat daya saing melalui pilihan

D.      Level Usaha Manusia
Jika ada seseorang yang bertanya kepada anda, “Apakah Pekerjaan Anda?” apa kira-kira jawaban anda? Mungkin anda akan menjaawb; sales, guru, aktris, banker, direktur, atau dengan malu malu menjawab hanya sebagai seorang ibu rumah tangga biasa. Sah-sah saja semua jawaban anda tersebut. Meski sebenarnya apa yan anda sebagai pekerjaan belumlah tentu benar-benar sebuiah pekerjaan.[5]
Karena secara umum, berdasarkan tingkatannya, kita mengenal tujuh level usaha manusia, yaitu:
Usaha ini berpeluang untuk maju meski berapa pun lamanya anda menekuninya. Contohnya adalah para pekerja kasar.
2.      Pekerjaan.
Usaha ini bias memberikan kesempatan untuk bergerak maju apabila anda benar-benar memanfaatkannya dengan baik. Contohnya adalah para pekerja kantoran dan buruh pabrik.
3.      Karir.
Usaha yang berpeluang maju meski ada batasan waktu tertentu yang terkadang sangat singkat. Contonya artis.


4.      Profesi.
Syarat untuk bias menjadi seorang professional adalah mempunyai tingkat kemahiran yang tinggi dan komitmen moral pendalaman. Contohnya dokter dan pengacara.
5.      Dagang.
Inilah dimana sebuah peluang menuju kesuksesan dan kekayaan yang langgeng dimulai. Banyak kerajaan bisnis yang berangkat dari usaha dagang kecil-kecilan atau dengan membuka usaha riumah tangga.
6.      Bisnis.
Usaha inilah  peluang terbesar anda untuk bias meraih kesuksesan. Anda tinggal memilih bisnis jenis apa yang anda ingin memiliki, apakah perusahaan perseorangan, perusahaan kemitraan, atau karporasi.
7.      Investasi.
Dengan bisnis pribadi yang anda miliki, maka melakukan strategi investasi berupa akumulasi sebagai asset riil dan financial tentu akan berjalan lebih mudah.
Firman Allah SWT:
“Dialah Yang menjadikan bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan.” (QS. al-Mulk:5)

Islam menghendaki setiap individu hidup di tengah masyarakat secara layak sebagai manusia, paling kurang ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang dan pangan, memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahliannya, atau membina rumah tangga dengan bekal yang cukup. Artinya, bagi setiap orang harus tersedia tingkat kehidupan yang sesuai dengan kondisinya, sehingga ia mampu melaksanakan berbagai kewajiban yang dibebankan Allah serta berbagai tugas lainnya. Untuk mewujudkan hal itu, Islam mengajarkan, setiap orang dituntut untuk bekerja atau berusaha, menyebar di muka bumi, dan memanfaatkan rezeki pemberian Allah SWT.

E.       Ciri Etos Kerja Muslim
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk terus-menerus memperbaiki diri, mencari prestasi bukan prestise, dan tampil sebagai bagian dari ummat yang terbaik (khairu ummah).[6]
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki etos kerja dalam islam adalah sebagai berikut:
1.    Mereka Kecanduan terhadap waktu
Salah satu esensi dan hakikat darietos kerja adalah cara seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betaba berharganya waktu. Waktu adalah sehehelai kertas kehidupan yang harus ditulis dengan deretankalimat kerja dan prestasi.

2.    Mereka memiliki Moralitas yang bersih (Ikhlas)
Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang berbudaya kerja islami itu adalah nilai keikhlasan. Ikhlas yang terambil dari bahasa arab mempunyai arti: bersih, murni (tidak terkontaminasi), sebagai antonim dari syuirik (tercampur).

3.    Mereka kecanduan kejujuran
Di dalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat komponen nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap yang beroihak kepada kebenaran dan sikap moral yang terpuji (morally upright).
4.    Mereka Memiliki Komitmen
Komitmen adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hatinya kemudian menggerakkan prilaku menuju arah tertentu yang diyakininya (i’tiqad).

5.    Istiqomah, kuat pendirian
Pribadi muslim yang profesional, yaitu kemampuan untuk bersikap secara asas, pantang menyerah, dan mempu mempertahankan prinsip serta komitmrnnya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.

6.    Mereka kecanduan Disiplin
Pribadi yang disiplin sangat berhati-hati mengelola pekerjaan serta penuh tanggung jawab memenuhi kewajibannya .

7.    Konsekuen dan berani hadapi tantangan
Bagi mereka hidup dalah pilihan (lifeis choice) dan setiap pilihan merupakan tanggung jawab pribadinya.
8.    Mereka memiliki sikap percaya diri
Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas dalam bersikap.

9.    Mereka Orang yang kreatif
Pribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencob metode atau gagasan yang baru dan asli sehingga diharapkan hasil kerjanya dapat dilaksanakan secara efesien tetapi efektif.

10.    Mereka tipe orang yang bertanggung jawab
Sesuatu yang merupakan milik orang lain dan berada di tangan anda disebut amanah karena keberadaannya di tangan anda tidak membuatnya khawatir, cemas, atau takut bagi pemilik barang tersebut; ia merasa tentram bahwa anda akan memeliharanya dan bila diminta , anda rela menyerahkannya.
11.    Mereka bahagia karena melayani
12.    Mereka memiliki harga diri
13.    Memiliki jiwa kepemimpinan (Leadership)
14.    Mereka beriontasi ke masa depan
15.    Hidup berhemat dan efesien
16.    Memiliki jiwa wiraswasta (Entrepreneurship)
17.    Memiliki insting bertanding (Fastabiqul Khairat)
18.    Keinginan untuk mendiri (Independent)
19.    Mereka kecanduan belajar dan haus mencari ilmu
20.    Memiliki semangat perantauan
21.    Memperhatikan kesehatan dan gizi
22.    Tangguh dan pantang menyerah
23.    Berorientasi pada produktivitas
24.    Memiliki jaringan silaturahmi
25.    Mereka memilki semangat perubahan (spirit of change)

            Etos kerja tidak bisa dilepaskan dari bekerja profesional diawali dengan Bismilllah dengan niat karena Allah (innamal amalu binniyat). Dalam konsep sederhana manajemen modern Etos Kerja harus sesuai dengan prinsip-prinsip Manajemen yaitu planning, organizing, staffing, directing dan controling. Dalam Islam di kenal dengan istilah ihsan, Menurut Nurcholis Madjid, ihsan berarti optimalisasi hasil kerja dengan jalan melakukan pekerjaan itu sebaik mungkin, bahkan sesempurna mungkin. “Dan carilah apa yang dianugerahkan kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dunia, dan berbuat ihsanlah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat ihsan kepadamu , dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (28:77).
            Setiap muslim harusnya bersyukur, karena agama ini mendorong kita untuk memiliki etos kerja. Kehidupan dunia mesti diseimbangkan dengan penanaman modal akherat (PMA), “Hai orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli. Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(QS:62:9). Ayat ini jelas memerintahkan kita mencari modal untuk akherat (perintah shalat jumat) lalu kemudian jangan melupakan tugas yang lain, untuk kehidupan dunia, ada diri sendiri untuk di hidupi, anak, istri, keluarga dan kerabat dll.
Dalam konteks inilah sangat relevan etos kerja Islam di terapkan dalam kehidupan individu dan masyarakat, khususnya bangsa Indonesia yang sedang melaksanakan pembangunan di segala aspek kehidupan: ekonomi, sosial budaya dan spiritual. Penerapannilai-nilai agamadiharapkan mampu menjadi bagian dan inti sistem dari nilai-nilai yangada dalam kerja bagi individu dan masyarakat yang bersangkutan, dan menjadi pendorongatau penggerak serta mengontrol dari tindakan-tindakan para anggota masyarakat untuk tetap hidup dan bekerja sesuai dengan nilai-nilai ajaran islam, terutama dikaitkan dengankenyataan bahwa sebagian besar masyarakat Indonesia adalah beragama Islam, yangdiharapkan mempunyai dampak yang langsung terhadap etos kerja individu dan masyarakat.
Faktor utama untuk kembali kepada ajaran motivasi Islam yang berorientasi kepada falahoriented, yakni menuju kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat, adalahmembangkitkan kembali semangat ukhuwah islamiyah di antara kita. Hal ini merupakantugas kita semua secara bersama-sama sebagai umat Muslim yang peduli terhadapkeluarga kita umat Islam di seluruh jagad raya agar tidak tertinggal dan dapat “duduk sama rendah berdiri sama tinggi” dengan umat lainnya di muka bumi ini. Dan, terakhir, perlu kita sadari, bahwa Allah SWT tidak akan mengubah nasib kita tanpa kita sendirimengubah nasib kita, dan oleh karena itu kita harus menjaga dan meningkatkan etos kerjakita agar kita tidak tertinggal oleh yang lain, sebagaimana firman Allah SWT:“Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah tidak merubahkeadaan suatu kaum sehinga mereka merubah keadaan yang ada pada diri merekasendiri………” (QS.13/ ar-Ra’d: 11)

















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Seruan akan etos kerja dalam Islam sebenarnya sudah banyak diungkapkan brebagai ayat Al Quran atau diuraikan hadis. Kini saatnya menyadari makna al ihsan itu sehingga dari kesadaran yang berdasarkan pengetahuan itu akan lahir sebuah budaya yang melihat pekerjaan sebagai manifestasi pengabdian kepada Allah SWT.




















DAFTAR PUSTAKA

Agus, Bustanuddin 2007. Islam dan pembangunan. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Al-Qur’anul Karim dan terjemahan
Hamzah, Fahri 2011. Negara, Pasar dan Rakyat. Yayasan Faham Indonesia, Jakarta.
Hasyimi, Muhammad Ali.1990. Apakah Anda Berkepribadian Muslim?. Gema Insani    Press, Jakarta.
Riznanto, Ahmad 2006. Smart Work; rahasia terbesar para jutawan sukses.Khalifa    (Pustaka Al-Kautsar Grup), Jakarta.
Tasmara, Toto 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Gema Insani Press, Jakarta.
Waddaturrahman. 2011. Kejar Impian Ubah Takdirmu. Penerbit Qibla(Imprint dari PT BIP), Jakarta.
Ya’qub, Hamzah 1982. Etika Islam. CV. Diponerogo, Bandung.












[1] K.H. Toto Tasmara,”Membudayakan Etos Kerja Islami”,15
[2] K.H. Toto Tasmara,”Membudayakan Etos Kerja Islami”,25
[3] Ahmad Riznanto,”Smart Work”,7.
[4] Fahri Hamzah,”Negara,pasar dan rakyat”,518
[5] Smart Work,”Ahmad Riznanto”,14
[6] [6] K.H. Toto Tasmara,”Membudayakan Etos Kerja Islami”,73

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Salam Hangat...