MAKALAH
(Persyaratan
Advance Training Pelajar Islam Indonesia)
“ETOS
KERJA DALAM KEMANDIRIAN MASYARAKAT ISLAM”
OLEH:
NAWARUDDIN
PW PII PEKANBARU
LEADERSHIP ADVANCE TRAINING (LAT)
PELAJAR ISLAM INDONESIA
SUMATRA BARAT
2012
DAFTAR ISI
BAB
I: PENDAHULUAN.............................................................................
A.
Latar
Belakang.....................................................................................
B.
Tujuan...................................................................................................
C.
Rumusan
Masalah.................................................................................
D.
Landasan
teori......................................................................................
BAB
II: PEMBAHASAN..............................................................................
A.
Definisi
Etos-Kerja...............................................................................
B.
Permasalahan Kehidupan Dunia Kerja.................................................
C.
Kondisi kemandirian di Indonesia........................................................
D.
Level Usaha Manusia............................................................................
E.
Ciri
Etos Kerja Muslim.........................................................................
BAB:
III PENUTUP
Kesimpulan..................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................
KATA
PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan
kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada penulis
sehingga penulis berhasil menyelesaikan Makalah dengan judul “ETOS
KERJA DALAM KEMANDIRIAN MASYARAKAT ISLAM” dengan baik dan tepat pada
waktunya.
Makalah ini berisikan tentang uraian
karakter yang harus dimiliki oleh masyarakat muslim yang saat ini sudah mulai
menurun agar bisa menggapai semangat untuk kembali bangkit dan menunjukkan
kemandiriannya sebagai sosok masyarakat islam Indonesia yang benar-benar
memiliki nilai etos kerja yang tinggi di masa globalisasi ini saat ini.
Penulis menyadari bahwa makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak
yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
Pekanbaru, 13 Januari
2012
Penulis
BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Sangat
menarik mendiskusikan Islam dan ummat Islam dewasa ini. Pasalnya Islam yang
dicitrakan sebagai ya’lu wa la yu’la’alaihi dan tidak ada yang menandinginya
berbeda dengan kondisi ummat penganutnya (meminjam istilah Ismail Raji
al-Faruqi dalam buku Islamization of knowloge, 1982) yang berada di anak tangga
paling bawah dalam peradaban manusia.
Memantau
perkembangan ummat islam, maka sudah selayaknyalah kita mencoba melihat
aktivitasnya dari segi perekonomian yang saat ini memiliki banyak
problema-problema. Setiap perekonomian sejak dulu hingga saat ini dan demikian
selanjutnya ke masa depan, akan selalu membawa pada dirinya unsur-unsur yang
berbeda satu sama lainnya.
Dalam
berbagai masalah perekonomian masyarakat Islam Indonesia ada hal yang kini
sudah terlupakan, yaitu mengenai etos kerja yang baik dalam menjalani kehidupan
sebagai masyarakat islam Indonesia.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dibuatnya makalah ini
adalah untuk memenihi persyaratan Leadership Advance Training (LAT) Pelajar
Islam Indonesia di Sumatra Barat serta untuk menambah pengetahuan kita semua
dalam memahami etos kerja yang sesungguhnya dalam islam.
C. Rumusan
Masalah
- Pengertian Etos
Kerja..?
- Permasalahan
kehidupan dunia kerja..?
- Kondisi
kemandirian di Indonesia.?
D. Landasan
Teori
Penulis buku K.H. Toto Tasmara dalam bukunya “Membudayakan
Etos Kerja Islami” menyatakan bahwa Etos berasal dari bahasa Yunani (ethos)
yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas
sesuatu. Sikap ini tidak hanya dimiliki oleh individu, tetapi juga oleh
kelompok bahkan masyarakat.[1]
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Etos-Kerja
Etos memiliki arti sikap, kepribadian, watak, karakter,
serta keyakinan atas sesuatu. Etos dibentuk oleh berbagai kebiasaan, pengaruh
budaya, serta sistem nilai yang diyakininya. Dari kata etos ini, dikenal pula
etika, etiket yang hampir mendekati pada pengertian akhlak atau nilai-nilai
yang berkaitan dengan baik buruk(moral), sehingga dalam etos tersebut
terkandung gairah atau semangat yang sangat kuat untuk mengerjakan sesuatu
secara optimal.
Sedangkan makna “bekerja” bagi seorang muslim adalah
suatu upaya yang sungguh-sungguh, dengan mengerahkan seluruh aset, pikir, dan
zikirnya untuk mengaktualisaikan atau menampakkan arti dirinya sebagai hamba Allah yang harus menundukkan
dunia dan menempatkan dirinya sebagai bagian dari masyarakat yang terbaik
(khairu ummah) atau dengan kata lain dapat juga kita katakan bahwa hanya dengan
bekerja manusia itu memanusiakan diri.[2]
B.
Permasalahan
Kehidupan Dunia Kerja
Ada begitu banyak permasalahan
dalam kehidupan ini. Bahkan, tak jarang masalah-masalah itu berakibat pada
munculnya stress dan depresi psikologis. Di Negara maju seperti amerika,
masalah pribadi seperti perkawinan dan persahabatan merupakan penyebab stress
yang terbesar. Tapi di Negara miskindan sedang berkembang seperti Negara kita
tercinta ini “Indonesia” penyebab utamanya adalah krisis ekonomi yang berdampak
pada bangkrutnya ratusan perusahaan, ambrukna perbankan, dan merebaknya
gelombang PHK.[3]
Meski demikian bukan berarti krisis
ekonomi tidak ada manfaatnya. Minimal dengan adanya krisis dapat mendewasakan
masyarakat, mempertajam daya empati terhadap sesame, dan merubah gaya hidup
menjadi lebih rasional; bukan konsumtif. Mereka yang terkena PHK mencoba alih
pekerjaan dan membuka warung tenda, usaha catering, berdagang sembako dan
lain-lain.
Hal ini sangat menyangkut dengan
sebuah hadist rasulullah; Dari Rifa’ah
Ibnu Rafi’ r.a. bahwa Rasulullah saw. pernah ditanya: Pekerjaan apakah yang
paling baik?. Beliau bersabda: “Pekerjaan seseorang dengan tangannya dan setiap
jual-beli yang bersih”. (HR Al-Bazzar dan dishahihkan oleh al-Hakim).
Dari
hadist di atas dapat kita lihat bahwa Islam sangat menghargai kerja keras,
kreatifitas maupun inovasi yang dihasilkan melalui tangan seseorang dalam
melakukan pekerjaan. Islam juga mengharuskan setiap pekerjaan dilakukan secara
mabrur, yakni dilakukan dengan kejujuran, kejelasan dan sesuai dengan syariat.
Kata “bekerja” mengandung arti sebagai suatu usaha yang dilakukan
seseorang, baik sendiri atau bersama orang lain, untuk memproduksi suatu
komoditi atau memberikan jasa. Kerja atau berusaha merupakan senjata utama
untuk memerangi kemiskinan dan juga merupakan faktor utama untuk memperoleh
penghasilan dan unsur penting untuk memakmurkan bumi dengan manusia sebagai
kalifah seizin Allah.
C.
Kondisi kemandirian di Indonesia
Kemandirian saat ini, menjadi keniscayaan bagi
Negara-negara berkembang seperti Indonesia. Ketergantungan terhadap
Negara-negara maju masih sangat kuat dalam konteks capital, market maupun
teknologi. Kondisi ini menjadikan fondasi pembangunan menjadi rapuh. Kegagalan
pembangunan orde lama dan orde baru terletak pada permasalahan struktur
ekonomi, social, politik ataupun ketergantungan besar pada Negara-negara maju.
Pendekatan teori ketergantungan (dependency) menekankan bahwa rintangan-rintangan
utama telah menghambat dan merusak perkembangan ekonomi dan social merupakan rintangan-rintangan
yang bersifat structural, baik yang terdapat dalam struktur ekonomi, social
maupun sifat ketergantungan padakekuasaan asing.[4]
Mewujudkan
Indonesia yang mandiri bukanlah perkara mudah dan bias diciptakan dengan cepat.
Kemandirian disini bukanlah melepaskan diri dari hubungan bilateral, regional
atau internasional, akan tetapi berusaha menyeimbangkan hubungan dengan
memperkuat daya saing melalui pilihan
D.
Level
Usaha Manusia
Jika
ada seseorang yang bertanya kepada anda, “Apakah Pekerjaan Anda?” apa kira-kira
jawaban anda? Mungkin anda akan menjaawb; sales, guru, aktris, banker,
direktur, atau dengan malu malu menjawab hanya sebagai seorang ibu rumah tangga
biasa. Sah-sah saja semua jawaban anda tersebut. Meski sebenarnya apa yan anda
sebagai pekerjaan belumlah tentu benar-benar sebuiah pekerjaan.[5]
Karena secara umum, berdasarkan tingkatannya, kita mengenal
tujuh level usaha manusia, yaitu:
Usaha
ini berpeluang untuk maju meski berapa pun lamanya anda menekuninya. Contohnya
adalah para pekerja kasar.
2. Pekerjaan.
Usaha
ini bias memberikan kesempatan untuk bergerak maju apabila anda benar-benar
memanfaatkannya dengan baik. Contohnya adalah para pekerja kantoran dan buruh
pabrik.
3. Karir.
Usaha
yang berpeluang maju meski ada batasan waktu tertentu yang terkadang sangat
singkat. Contonya artis.
4. Profesi.
Syarat
untuk bias menjadi seorang professional adalah mempunyai tingkat kemahiran yang
tinggi dan komitmen moral pendalaman. Contohnya dokter dan pengacara.
5. Dagang.
Inilah
dimana sebuah peluang menuju kesuksesan dan kekayaan yang langgeng dimulai.
Banyak kerajaan bisnis yang berangkat dari usaha dagang kecil-kecilan atau
dengan membuka usaha riumah tangga.
6. Bisnis.
Usaha
inilah peluang terbesar anda untuk bias
meraih kesuksesan. Anda tinggal memilih bisnis jenis apa yang anda ingin
memiliki, apakah perusahaan perseorangan, perusahaan kemitraan, atau karporasi.
7. Investasi.
Dengan bisnis
pribadi yang anda miliki, maka melakukan strategi investasi berupa akumulasi
sebagai asset riil dan financial tentu akan berjalan lebih mudah.
Firman
Allah SWT:
“Dialah Yang menjadikan
bumi ini mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah
sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya lah kamu (kembali setelah)
dibangkitkan.” (QS. al-Mulk:5)
Islam menghendaki setiap
individu hidup di tengah masyarakat secara layak sebagai manusia, paling kurang
ia dapat memenuhi kebutuhan pokok berupa sandang dan pangan, memperoleh
pekerjaan sesuai dengan keahliannya, atau membina rumah tangga dengan bekal
yang cukup. Artinya, bagi setiap orang harus tersedia tingkat kehidupan yang
sesuai dengan kondisinya, sehingga ia mampu melaksanakan berbagai kewajiban
yang dibebankan Allah serta berbagai tugas lainnya. Untuk mewujudkan hal itu,
Islam mengajarkan, setiap orang dituntut untuk bekerja atau berusaha, menyebar
di muka bumi, dan memanfaatkan rezeki pemberian Allah SWT.
E. Ciri
Etos Kerja Muslim
Ciri-ciri orang yang mempunyai dan menghayati etos kerja
akan tampak dalam sikap dan tingkah lakunya yang dilandaskan pada suatu
keyakinan yang sangat mendalam bahwa bekerja itu ibadah dan berprestasi itu
indah. Ada semacam panggilan dari hatinya untuk terus-menerus memperbaiki diri,
mencari prestasi bukan prestise, dan tampil sebagai bagian dari ummat yang
terbaik (khairu ummah).[6]
Adapun ciri-ciri orang yang memiliki etos kerja dalam
islam adalah sebagai berikut:
1.
Mereka
Kecanduan terhadap waktu
Salah satu esensi dan hakikat darietos kerja adalah cara
seseorang menghayati, memahami, dan merasakan betaba berharganya waktu. Waktu
adalah sehehelai kertas kehidupan yang harus ditulis dengan deretankalimat
kerja dan prestasi.
2.
Mereka
memiliki Moralitas yang bersih (Ikhlas)
Salah satu kompetensi moral yang dimiliki seorang
berbudaya kerja islami itu adalah nilai keikhlasan. Ikhlas yang terambil dari
bahasa arab mempunyai arti: bersih, murni (tidak terkontaminasi), sebagai
antonim dari syuirik (tercampur).
3.
Mereka
kecanduan kejujuran
Di dalam jiwa seseorang yang jujur itu terdapat komponen
nilai ruhani yang memantulkan berbagai sikap yang beroihak kepada kebenaran dan
sikap moral yang terpuji (morally upright).
4.
Mereka
Memiliki Komitmen
Komitmen adalah keyakinan yang mengikat (aqad) sedemikian
kukuhnya sehingga membelenggu seluruh hatinya kemudian menggerakkan prilaku
menuju arah tertentu yang diyakininya (i’tiqad).
5.
Istiqomah,
kuat pendirian
Pribadi muslim yang profesional, yaitu kemampuan untuk
bersikap secara asas, pantang menyerah, dan mempu mempertahankan prinsip serta
komitmrnnya walau harus berhadapan dengan resiko yang membahayakan dirinya.
6.
Mereka
kecanduan Disiplin
Pribadi yang disiplin sangat berhati-hati mengelola
pekerjaan serta penuh tanggung jawab memenuhi kewajibannya .
7.
Konsekuen
dan berani hadapi tantangan
Bagi mereka hidup dalah pilihan (lifeis choice) dan
setiap pilihan merupakan tanggung jawab pribadinya.
8.
Mereka
memiliki sikap percaya diri
Percaya diri melahirkan kekuatan, keberanian, dan tegas
dalam bersikap.
9.
Mereka
Orang yang kreatif
Pribadi muslim yang kreatif selalu ingin mencob metode
atau gagasan yang baru dan asli sehingga diharapkan hasil kerjanya dapat
dilaksanakan secara efesien tetapi efektif.
10. Mereka tipe orang yang bertanggung jawab
Sesuatu yang merupakan milik orang lain dan berada di
tangan anda disebut amanah karena keberadaannya di tangan anda tidak membuatnya
khawatir, cemas, atau takut bagi pemilik barang tersebut; ia merasa tentram
bahwa anda akan memeliharanya dan bila diminta , anda rela menyerahkannya.
11. Mereka bahagia karena melayani
12. Mereka memiliki harga diri
13.
Memiliki
jiwa kepemimpinan (Leadership)
14.
Mereka
beriontasi ke masa depan
15.
Hidup
berhemat dan efesien
16.
Memiliki
jiwa wiraswasta (Entrepreneurship)
17.
Memiliki
insting bertanding (Fastabiqul Khairat)
18.
Keinginan
untuk mendiri (Independent)
19.
Mereka
kecanduan belajar dan haus mencari ilmu
20.
Memiliki
semangat perantauan
21.
Memperhatikan
kesehatan dan gizi
22.
Tangguh
dan pantang menyerah
23.
Berorientasi
pada produktivitas
24.
Memiliki
jaringan silaturahmi
25.
Mereka
memilki semangat perubahan (spirit of change)
Etos kerja tidak bisa
dilepaskan dari bekerja profesional diawali dengan Bismilllah dengan niat
karena Allah (innamal amalu binniyat). Dalam konsep sederhana
manajemen modern Etos Kerja harus sesuai dengan prinsip-prinsip Manajemen yaitu
planning, organizing, staffing, directing dan controling. Dalam Islam di
kenal dengan istilah ihsan, Menurut Nurcholis Madjid, ihsan berarti
optimalisasi hasil kerja dengan jalan melakukan pekerjaan itu sebaik mungkin,
bahkan sesempurna mungkin. “Dan carilah apa yang dianugerahkan kepadamu
(kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan kebahagiaan dunia,
dan berbuat ihsanlah kepada orang lain sebagaimana Allah telah berbuat ihsan
kepadamu , dan janganlah kamu berbuat kerusakan di muka bumi. Sesungguhnya
Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan”. (28:77).
Setiap muslim harusnya
bersyukur, karena agama ini mendorong kita untuk memiliki etos kerja. Kehidupan
dunia mesti diseimbangkan dengan penanaman modal akherat (PMA), “Hai
orang-orang beriman, apabila diseru untuk menunaikan shalat Jum’at, maka
bersegeralah kamu kepada mengingat Allah dan tinggalkanlah jual beli.
Yang demikian itu lebih baik bagimu jika kamu mengetahui.”(QS:62:9).
Ayat ini jelas memerintahkan kita mencari modal untuk akherat (perintah shalat
jumat) lalu kemudian jangan melupakan tugas yang lain, untuk kehidupan dunia,
ada diri sendiri untuk di hidupi, anak, istri, keluarga dan kerabat dll.
Dalam
konteks inilah sangat relevan etos kerja Islam di terapkan dalam kehidupan individu dan
masyarakat, khususnya bangsa Indonesia yang sedang
melaksanakan pembangunan di segala aspek kehidupan: ekonomi, sosial budaya
dan spiritual. Penerapannilai-nilai agamadiharapkan mampu menjadi bagian dan
inti sistem dari nilai-nilai yangada dalam kerja bagi individu dan masyarakat
yang bersangkutan, dan menjadi pendorongatau penggerak serta mengontrol dari
tindakan-tindakan para anggota masyarakat untuk tetap hidup dan bekerja sesuai
dengan nilai-nilai ajaran islam, terutama dikaitkan dengankenyataan bahwa
sebagian besar masyarakat Indonesia adalah beragama Islam, yangdiharapkan
mempunyai dampak yang langsung terhadap etos kerja individu dan masyarakat.
Faktor
utama untuk kembali kepada ajaran motivasi Islam yang berorientasi kepada
falahoriented, yakni menuju kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat,
adalahmembangkitkan kembali semangat ukhuwah islamiyah di antara kita. Hal ini
merupakantugas kita semua secara bersama-sama sebagai umat Muslim yang peduli
terhadapkeluarga kita umat Islam di seluruh jagad raya agar tidak tertinggal
dan dapat “duduk sama rendah berdiri sama tinggi” dengan umat lainnya di
muka bumi ini. Dan, terakhir, perlu kita sadari, bahwa Allah SWT tidak
akan mengubah nasib kita tanpa kita sendirimengubah nasib kita, dan oleh karena
itu kita harus menjaga dan meningkatkan etos kerjakita agar kita tidak
tertinggal oleh yang lain, sebagaimana firman Allah SWT:“Bagi manusia ada
malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran, di muka dan
di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah. Sesungguhnya Allah
tidak merubahkeadaan suatu kaum sehinga mereka merubah keadaan yang ada pada
diri merekasendiri………” (QS.13/ ar-Ra’d: 11)
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Seruan
akan etos kerja dalam Islam sebenarnya sudah banyak diungkapkan brebagai ayat
Al Quran atau diuraikan hadis. Kini saatnya menyadari makna al ihsan itu
sehingga dari kesadaran yang berdasarkan pengetahuan itu akan lahir sebuah
budaya yang melihat pekerjaan sebagai manifestasi pengabdian kepada Allah SWT.
DAFTAR PUSTAKA
Agus,
Bustanuddin 2007. Islam dan pembangunan. PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta.
Al-Qur’anul Karim dan
terjemahan
Hamzah, Fahri 2011. Negara,
Pasar dan Rakyat. Yayasan Faham Indonesia, Jakarta.
Hasyimi, Muhammad Ali.1990. Apakah Anda Berkepribadian Muslim?. Gema
Insani Press, Jakarta.
Riznanto, Ahmad 2006. Smart Work; rahasia terbesar para jutawan
sukses.Khalifa (Pustaka Al-Kautsar
Grup), Jakarta.
Tasmara, Toto 2002.
Membudayakan Etos Kerja Islami. Gema Insani Press, Jakarta.
Waddaturrahman. 2011. Kejar Impian Ubah Takdirmu. Penerbit Qibla(Imprint
dari PT BIP), Jakarta.
Ya’qub, Hamzah 1982. Etika
Islam. CV. Diponerogo, Bandung.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar