Kamis, 20 Desember 2012

Participatory Rural Appraisal (PRA)



LAPORAN PRAKTIKUM KOMUNIKASI PERTANIAN
Participatory Rural Appraisal (PRA)
Focus Group Discussion ( FGD ) DI DESA SIALANG KUBANG
KECAMATAN PERHENTIAN RAJA
KABUPATEN KAMPAR










Oleh:

Fitriani Abidin                  1106114615
Nawaruddin                      1106114845
Nurul Ika Kartika            1104114457
Syahputra                         1106135889



JURUSAN AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2012


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami berhasil menyelesaikan laporan ini yang alhamdulillah tepat pada waktunya yang berjudul “Participatory Rural Appraisal (PRA)

Laporan ini berisikan tentang FGD (Foccus Group Discussion) petani lele Desa Sialang Kubang Kecamatan Perhentian Raja Kabupaten Kampar dan membahas  permasalahan - permasalan yang di alami peternak ikan lele dalam melakukan budidaya. Hasil FGD dalam laporan ini diharapkan berguna bagi petani dalam mengembangkan produksi ikan lele serta membuka cakrawala peternak dalam budidaya lele.

Kami menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan laporan ini.

Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta dalam penyusunan laporan ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.

Pekanbaru, 20 Desember 2012

                          Penyusun




DAFTAR ISI
                                                                                                        Halaman
KATA PENGANTAR .............................................................................  i
DAFTAR ISI.............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL..................................................................................... iii
I. PENDAHULUAN.................................................................................. 1
        1.1. Latar Belakang.............................................................................. 1
        1.2. Tujuan........................................................................................... 2
II. TINJAUAN PUSTAKA...................................................................... 3
          2.1. Pengertian Participatory Rural Appraisal (PRA)........................ 3
          2.2. Penerapan Metode PRA.............................................................. 3
          2.3. Tujuan Penerapan Metode PRA.................................................. 5
          2.4. Prinsip-Prinsip PRA..................................................................... 5
          2.5. Struktur Program......................................................................... 9
          2.6. Permasalahan PRA...................................................................... 10
          2.7. Teknik-Teknik PRA..................................................................... 11
III. PEMBAHASAN.................................................................................. 12
          3.1. Hasil............................................................................................. 12
          3.2. Pembahasan................................................................................. 13
BAB IV PENUTUP................................................................................... 14
4.1. Kesimpulan.................................................................................... 14
4.2. Saran.............................................................................................. 14
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN

DAFTAR TABEL

Tabel                                                                                            Halaman
01.    Pendekatan-pendekatan untuk memajukan partisipasi..................... 4
02.    Hasil Analisis Focus Group Discussion........................................... 12



I.PENDAHULUAN

1.1         Latar Belakang

Pemberdayaan masyarakat adalah suatu proses yang mengembangkan dan memperkuat kemampuan masyarakat untuk terus terlibat dalam proses pembangunan yang berlangsung secara dinamis sehingga masyarakat dapat menyelesaikan masalah yang dihadapi serta dapat mengambil keputusan secara bebas (independent) dan mandiri (Oakley, 1991; dan Fatterman, 1996). Manusia memiliki berbagai daya, yakni daya atau kekuatan berfikir, bersikap, dan bertindak. Daya-daya itulah yang harus ditumbuhkembangkan pada manusia dan kelompok manusia agar tingkat berdayanya optimal untuk mengubah diri dan lingkungannya. Pemberdayaan masyarakat pada hakekatnya adalah sama dengan pembangunan masyarakat. Beberapa pendekatan dalam pembangunan masyarakat yang berkembang antara lain:
1.    Pendekatan pada masyarakat secara menyeluruh. Pendekatan ini menuntut partisipasi yang luas, masyarakat sebagai konsep sentral, serta memerlukan pendekatan holistik.
2.    Pendekatan berdasarkan kemandirian.
3.    Pendekatan pemecahan masalah tertentu.
4.    Pendekatan demonstratif.
5.    Pendekatan eksperimental.
6.    Pendekatan konflik kekuasaan.
Konsep pemberdayaan masyarakat dalam pandangan UNICEF (1997) pendekatannya bertumpu pada risiko di keluarga, kebutuhan dan hak-haknya dalam rangka menentukan prioritas dan strategi pembangunan. tingkat kematian ibu yang tinggi, kekeurangan gizi ibu dan anak, rendahnya tngkat pendidikan / kualitas pendidikan yang rendah, penyakit HIV / AIDS dan psikotropika, serta anak-anak yang memerlukan upaya perlindungan khusus merupakan lima masalah pkkok yang selalu bergantian.Hasil kajian UNICEF menunjukkan bahwa intervensi paling strategis adalah pada kelompok remaja, kelompok yang menempati posisi terbesar dari penduduk negara kita. Dalam pertimbangan sosial dan ekonomi, kelompok remaja (10-19 tahun) merupakan kelompok yang akan memasuki pasar kerja, sehingga potensinya untuk menjadi pekerja yang disiplin, terampil dan fleksibel harus dimaksimalkan.

1.2         Tujuan
Untuk mengetahui permasalahan Petani lele pada lokasi suatu daerah tertentu menurut masyarakat setempat, yang bertujuan untuk membuat kegiatan atau program tertentu yang dapat dijadikan sebagai solusi atas pemecahan permasalahan yang terjadi di daerah tersebut dengan teknik FGD (Foccus Group Discussion).





























II.       TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Participatory Rural Appraisal (PRA)
PRA yang dikembangkan oleh Robert Chamber lebih ditunjukkan untuk orang luar, bagaimana srharusnya orang luar yan gmembantu masyarakat untuk mengembangkan dirinya, mendudukan posisinya ditengah-tengah masyarakat. Orang luar ini bisa para pegawai pemerintah, anggota LSM, orang-orang Perguruan Tinggi dll. PRA itu sendiri menurutnya adalah metode yang mendorong masyarakat pedesaan/pesisir untuk turut serta meningkatkan pengetahuan dan menganalisa kondisi mereka sendiri, wilayahnya sendiri yang berhubungan dengan hidup mereka sehari-hari agar dapat membuat rencana dan tindakan yang harus dilakukan, dengan cara pendekatan berkumpul bersama.

2.2. Penerapan Metode PRA
Participatory Rural Appraisal (PRA) atau Pemahaman Partisipatif Kondisi Pedesaan (PRA) adalah pendekatan dan metode yang memungkinkan masyarakat secara bersama-sama menganalisis masalah kehidupan dalam rangka merumuskan perencanaan dan kebijakan secara nyata. Metode dan pendekatan ini semakin meluas dan diakui kegunaannya ketika paradigma pembangunan berkelanjutan mulai dipakai sebagai landasan pembangunan di negara-negara sedang berkembang. Dalam paradigma pembangunan berkelanjutan, manusia ditempatkan sebagai inti dalam proses pembangunan. Manusia dalam proses pembangunan tidak hanya sebagai penonton tetapi mereka harus secara aktif ikut serta dalam perencanaa, pelaksanaan, pengawasan dan menikmati hasil pembangunan. Metode dan pendekatan yang tampaknya sesuai dengan tuntutan paradigma itu adalah metode dan pendekatan yang partisipatif. Metode PRA mulai menyebar dengan cepat pada tahun 1990-an yang merupakan bentuk pengembangan dari metode Pemahaman Cepat Kondisi Pedesaan (PCKP) atau Rapid Rural Appraisal (RPA) yang menyebar pada tahun 1980-an. Kedua metode tersebut saling berhubungan erat dan masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangannya dan bisa saling melengkapi.


Tabel 1. Pendekatan-pendekatan untuk memajukan partisipasi

1
Partisipasi Pasif, pelatihan
dan informasi
Pendekatan "kami
lebih tahu apa yang
baik bagimu"
Tipe komunikasi satu arah seperti antara guru dan muridnya yang diterapkan diantara staf proyek dan masyarakat setempat pada saat kunjungan ke desa. Paket-paket teknis yang berbeda diiklankan kepada masyarakat untuk menerimanya
2
Sesi partisipasi aktif
Pendekatan
"pelatihan dan
kunjungan"
Dialog dan komunikasi dua arah memberikan
kepada masyarakat kesempatan untuk berinteraksi dengan penyuluh / petugas dan pelatih dari luar.
3
Partisipasi dengan
keterikatan
Pendekatan "kontrak,
tugas yang dibayar": bila Anda melakukan ini, maka proyek
akan melakukan itu.
Masyarakat setempat, baik sebagai pribadi ataupun kelompok kecil, diberikan pilihan untuk terikat pada sesuatu dengan tanggungjawab atas setiap kegiatan pada masyarakat dan juga pada proyek. Model ini memungkinkan untuk beralih dari model klasik ke model yang diberi subsidi, panitia setempat bertanggungjawab atas pengorganisasian dan pelaksanaan tugas. Manfaatnya, dapat dibuat modifikasi seiring tujuan yang diinginkan.
4
Partisipasi atas permintaan
setempat
Pendekatan PRA dan kegiatan penelitian, pendekatan yang
didorong oleh
permintaan
Kegiatan proyek lebih berfokus pada menjawab kebutuhan yang dinyatakan oleh masyarakat setempat, bukan kebutuhan yang dirancang dan disuarakan oleh orang luar. Kegiatan bukanlah proyek yang tipikal; tidak ada jadual untuk intervensi fisik; tidak ada anggaran untuk suatu periode tertentu; tidak ada rencana pelaksanaan atau struktur proyek; dan tidak ada komando satu arah dari proyek kepada kelompok sasaran. Masalahnya: bagaimana masyarakat setempat dapat  memberi perhatian terhadap sesuatu yang baru dan berbeda, apabila sebelumnya mereka tidak
mengetahui apapun mengenai apa yang akan terjadi. Metode yang dipakai adalah motivasi dan animasi, bukan 'menjual atau mendorong'. Pertanyaan sukarela dan permintaan untuk bantuan serta lebih banyak informasi jelas diperlukan.

Namun dalam perkembangannya, metode PRA banyak digunakan dalam proses pelaksanaan program pembangunan secara partisipatif, baik pada tahap perencanaan, pelaksanaan, maupun pengawasannya.

2.3. Tujuan Penerapan Metode PRA
Pada intinya PRA adalah sekelompok pendekatan atau metode yang memungkinkan masyarakat desa untuk saling berbagi, meningkatkan, dan menganalisis pengetahuan mereka tentang kondisi dan kehidupan desa, serta membuat rencana dan tindakan nyata (Chambers, 1996). Beberapa prinsip dasar yang harus dipenuhi dalam metode PRA anatara lain adalah : saliang belajar dan berbagi pengalaman,keterlibatan semua anggota kelompok dan informasi, orang luar sebagai fasilitator, konsep triangulasi, serta optimalisasi hasil, orientasi praktis dan keberlanjutan program (Rochdyanto, 2000:55). Metode tersebut dipandang telah memiliki teknis-teknis yang dijabarkan cukup operasional dengan konsep bahwa keterlibatan masyarakat sangat diperlukan dalam seluruh kegiatan. Pendekatan PRA memang bercita-cita menjadikan masyarakat menjadi peneliti, perencana, dan pelaksana pembangunan dan bukan sekedar obyek pembangunan. Tekanan aspek penelitian bukan pada validitas data yang diperoleh, namun pada nilai praktis untuk pengembangan program itu sendiri. Penerapan pendekatan dan teknik PRA dapat memberi peluang yang lebih besar dan lebih terarah untuk melibatkan masyarakat. Selain itu melalui pendekatan PRA akan dapat dicapai kesesuaian dan ketepatgunaan program dengan kebutuhan masyarakat sehingga keberlanjutan (sustainability) program dapat terjamin.

2.4. Prinsip-Prinsip PRA

1.    Saling belajar dari kesalahan dan berbagi pengalaman dengan masyarakat.
Prinsip dasar PRA bahwa PRA adalah dari, oleh, dan untuk masyarakat. Ini berarti bahwa PRA dibangun dari pengakuan serta kepercayaan masyarakat yang meliputi pengetahuian tradisional dan kemampuan masyarakat untuk memecahkan persoalannya sendiri. Prinsip ini merupakan pembalikan dari metode pembelajaran konvensional yang bersifat mengajari masyarakat. Kenyataan membuktikan bahwa dalam perkembangannya pengalaman dan pengetahuan tradisional masyarakat tidak sempat mengejar perubahan yang terjadi, sementara itu pengetahuan modern yang diperkenalkan orang luar tidak juga selalu memecahkan masalah. Oleh karenanya diperlukan ajang dialog di antara ke duanya untuk melahirkan sesuatu program yang lebih baik. PRA bukanlah suatu perangkat teknik tunggal yang telah selesai, sempurna, dan pasti benar. Oleh karenanya metode ini selalu harus dikembangkan yang disesuaikan dengan kebutuhan setempat. Kesalahan yang dianggap tidak wajar, bisa saja menjadi wajar dalam proses pengembangan PRA. Bukannya kesempurnaan penerapan yang ingin dicapai, namun penerapan sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan yang ada dan mempelajari kekurangan yang terjadi agar berikutnya menjadi lebih baik. Namun PRA bukan kegiatan coba-coba (trial and error) yang tanpa perhitungan kritis untuk meminimalkan kesalahan.

2.    Keterlibatan semua anggota kelompok, menghargai perbedaan, dan informal.
Masyarakat bukan kumpulan orang yang homogen, namun terdiri dari berbagai individu yang mempunyai masalah dan kepentingan sendiri. Oleh karenanya keterlibatan semua golongan masyarakat adalah sangat penting. Golongan yang paling diperhatikan justru yang paling sedikit memiliki akses dalam kehidupan sosial komunitasnya (miskin, perempuan, anak-anak, dll). Masyarakat heterogen memiliki pandangan pribadi dan golongan yang berbeda. Oleh karenanya semangat untuk saling menghargai perbedaan tersebut adalah penting artinya. Yang terpenting adalah pengorganisasian massalah dan penyusunan prioritas masalah yang akan diputuskan sendiri oleh masyarakat sebagai pemiliknya. Kegiatan PRA dilaksanakan dalam suasana yang luwes, terbuka, tidak memaksa, dan informal. Situasi santai tersebut akan mendorong tumbuhnya hubungan akrab, karena orang luar akan berproses masuk sebagai anggota bukan sebagai tamu asing yang harus disambut secara protokoler. Dengan demikian suasana kekeluargaan akan dapat mendorong kegiatan PRA berjalan dengan baik.

3.    Orang luar sebagai fasilitator dan masyarakat sebagai pelaku.
Konsekuensi dari prinsip pertama, peran orang luar hanya sebagai fasilitator, bukan sebagai pelaku, guru, penyuluh, instruktur, dll. Perlu bersikap rendah hati untuk belajar dari masyarakat dan menempatkannya sebagai nara sumber utama. Bahkan dalam penerapannya, masyarakat dibiarkan mendominasi kegiatan. Secara ideal sebaiknya penentuan dan penggunaan teknik dan materi hendaknya dikaji bersama, dan seharusnya banyak ditentukan oleh masyarakat.

4.    Konsep triangulasi
Untuk bisa mendapatkan informasi yang kedalamannya dapat diandalkan, bisa digunakan  konsep triangulasi yang merupakan bentukpemeriksaan dan pemeriksaan ulang (check and recheck). Triangulasi dilakukan melalui penganekaragaman keanggotaan tim (disiplin ilmu), sumber informasi (latar belakang golongan masyarakat, tempat), dan variasi teknik.
a. Penggunaan variasi dan kombinasi berbagai teknik PRA, yaitu
bersama masyarakat bisa diputuskan variasi dan kombinasi teknik PRA yang paling tepat sesuai dengan proses belajar yang diinginkan dan cakupan informasi yang dibutuhkan dalam pengembangan program.
b. Menggali berbagai jenis dan sumber informasi, dengan mengusahakan kebenaran data dan informasi (terutama data sekunder) harus dikaji ulang dan sumbernya dengan
menggunakan teknik lain.
c. Tim PRA yang multidisipliner, dengan maksud sudut pandang yang berbeda dari anggota tim akan memberi gambaran yang lebih menyeluruh terhadappenggalian informasi dan memberi pengamatan mendalam dari berbagai sisi.

5.    Optimalisasi hasil
Pelaksanaan PRA memerlukan waktu, tenaga narasumber, pelaksana yang terampil, partisipasi masyarakat yang semuanya terkait dengan dana. Untuk itu optimalisasi hasil dengan pilihan yang menguntungkan mutlak harus dipertimbangkan. Oleh karenanya kuantitas dan akurasi informasi sangat diperlukan agar jangan sampai kegiatan yang berskala besar namun biaya yang tersedia tidak cukup.


6.    Berorientasi praktis
Orientasi PRA adalah pemecahan masalah dan pengembangan program. Dengan demikian dibutuhkan penggalian informasi yang tepat dan benar agar perkiraan yang tepat akan lebih baik daripada kesimpulan yang pasti tetapi salah, atau lebih baik mencapai perkiraan yang hampir salah daripada kesimpulan yang hampir benar.

7.    Keberlanjutan program
Masalah dan kepentingan masyarakat selalu berkembang sesuai dengan perkembangan masyarakat itu sendiri. Karenanya, pengenalan masyarakat bukan usaha yang sekali kemudian selesai, namun merupakan usaha yang berlanjut. Bagaimanapun juga program yang mereka kembangkan dapat dipenuhi dari prinsip dasar PRA yang digerakkan dari potensi masyarakat.

8.    Mengutamakan yang terabaikan
Prinsip ini dimaksudkan agar masyarakat yang terabaikan dapat memperoleh kesempatan untuk berperan dan mendapat manfaat dalam kegiatan program pembangunan. Keperpihakan pada pihak atau golongan masyarakat yang terabaikan bukan berarti bahwa golongan masyarakat lainnya (elite masyarakat) perlu mendapat giliran untuk diabaikan atau tidak diikutsertakan. Keberpihakan ini lebih pada upaya
untuk mencapai keseimbangan perlakuan terhadap berbagai golongan dan lapisan yang ada di masyarakat, dengan mengutamakan golongan paling miskin agar kehidupannya dapat meningkat.

9.    Pemberdayaan (Penguatan) masyarakat
Kemampuan masyarakat ditingkatkan melalui proses pengkajian keadaan, pengambilan keputusan, penentuan kebijakan, peilaian dan koreksi terhadap kegiatan yang dilakukan. Dengan demikian masyarakat memiliki akses peluang dan kesempatan) serta memiliki kemampuan memberikan keputusan dan memilih berbagai keadaan yang terjadi. Dengan demikian mereka dapat mengurangi ketergantungan terhadap bantuan ‘orang luar’.
10.              Santai dan informal
Penyelenggaraan kegiatan PRA bersifat luwes, tidak memaksa, dan informal sehingga antara orang luar dan masyarakat setempat terjalin hubungan yang akarab, orang luar akan berproses masuk sebagai anggota masyarakat. Dengan demikian kedatangan orang luar tidak perlu disambut atau dijamu secara adat oleh masyarakat dan tokohnya maupun oleh pemerintah setempat. Orang luar yang masuk harus memperhatikan  jadwal atau waktu kegiatan masyarakat, sehingga penerapan PRA tidak mengganggu kegiatan rutin masyarakat.

11.              Keterbukaan
PRA sebagai metode dan perangkat teknik pendekatan kepada masyarakat masih belum sempurna, dan belum selesai. Berbagai teknik penerapannya di dalam praktik masih terus dikembangkan dan disesuaikan dengan keadaan dan kebutuhan masyarakat setempat. Oleh karena itu berbagai pengalaman penerapan tersebut diharapkan dapat memberikan sumbangan pemi kiran untuk memperbaiki konsep dan pemikiran serta dalam merancang teknik-teknik baru sehingga sangat berguna dalam memperkaya metode ini.

2.5. Struktur Program

Karena tujuan penerapan metode PRA adalah pengembangan program bersama masyarakat, penerapannya perlu senantiasa mengacu pada siklus pengembangan program. Gambaran umum siklus tersebut secara ringkas adalah sebagai berikut :
a.    Pengenalan masalah/kebutuhan dan potensi, dengan maksud untuk menggali informasi tentang keberadaan lingkungan dan masyarakat secara umum.
b.    Perumusan masalah dan penetapan prioritas guna memperoleh rumusan atas dasar masalah dan potensi setempat.
c.    Identifikasi alternatif pemecahan masalah atau pengembangan gagasan guna membahas berbagai kemungkinan pemecahan masalah melalui urun rembug masyarakat.
d.   Pemilihan alternatif pemecahan yang paling tepat sesuai dengan kemampuan masyarakat dan sumber daya yang tersedia dalam kaitannya dengan swadaya.
e.    Perencanaan penerapan gagasan dengan pemecahan masalah tersebut secara konkrit agar implementasinya dapat secara mudah dipantau.
f.     Penyajian rencana kegiatan guna mendapatkan masukan untuk penyempurnaannya di tingkat yang lebih besar.
g.    Pelaksanaan dan pengorganisasian masyarakat sesuai dengan kebutuhan dan tingkat perkembangan masyarakat.
h.    Pemantauan dan pengarahan kegiatan untuk melihat kesesuaiannya dengan rencana yang telah disusun.
i.      Evaluasi dan rencana tindak lanjut untuk melihat hasil sesuai yang diharapkan, masalah yang telah terpecahkan, munculnya massalah lanjutan, dll.

2.6. Permasalahan PRA

Meningkatnya secara cepat popularitas PRA dikhawatirkan menyebabkan sedemikian terburu-burunya menerima gagasan ini tanpa pemahaman yang cukup mendasar akan prinsip dasar yang ada yang kemudian diikuti dengan harapan yang terlalu tinggi akan keampuhan PRA. Oleh karenanya beberapa masalah yang timbul akibat merebaknya penggunaan metode PRA adalah :

a.    Permintaan melampaui kemampuan akibat metode ini dilatihkan
dalam forum yang formal tanpa cukup kesempatan untuk menghayati dan mendalami prinsip yang mendasarinya.
b.    Kehilangan tujuan dan kedangkalan hasil akibat penerapan yang serampangan di lapangan tanpa tujuan yang jelas.
c.    Kembali menyuluh akibat petugas tidak siap untuk memfasilitasi
partisipasi masyarakat. Menjadi penganut fanatik karena tidak munculnya improvisasi dan variasi petugas untuk menggali lebih dalam permasalahan di masyarakat.
d.   Mengatasnamakan PRA untuk kegiatan yang sepotong-potong di luar konteks program pengembangan masyarakat.
e.    Terpatok waktu akibat program yang berorientasi pada target (teknis, administratif).
f.     Kerutinan yang dapat membuat kegiatan tidak hidup lagi sehingga terjebak dalam pekerjaan yang rutin dan membosankan.

2.7. Teknik-Teknik PRA

Dalam perkembangannya telah banyak dikembangkan beberapa teknik PRA yang pada intinya merupakan bentuk implementasi dari metode PRA. Sudah barang tentu teknik teknik yang dikembangkan tersebut disesuaikan dengan maksud dan tujuan penerapan metode PRA sendiri, serta semestinya tidak menutup kemungkinan atau bahkan dapat disebutkan mengharuskan adanya improvisasi dan modifikasi terhadap metode PRA itu sendiri. Beberapa teknik penerapan PRA anatar lain :
a.    Penelusuran Alur Sejarah,
b.    Penelusuran Kebutuhan Pembangunan,
c.    Analisis Mata Pencaharian,
d.   Penyusunan Rencana Kegiatan,
e.    Focus Group Discussion,
f.     Pemetaan, dll.




















III.    PEMBAHASAN

3.1  Hasil
Dari Focus Group Discussion, hasil yang didapat adalah:
Tabel 2. Hasil analisis Focus Group Discussion.
Masalah
Utama
Sebab
Masalah
Akibat
Penilaian Masalah
Jumlah Nilai
Rangking
Biaya
Penting
Umum
Bahan
Hama
Kurangnya perlindungan dan teknologi
Produksi menurun
3
2
2
3
10
4
Penyakit
Air kolam yang jarang diganti
Banyak ikan yang mati
4
4
3
3
14
1
Pemasaran
Transportasi minim
Produksi susah tersalur
3
2
2
3
10
3
Modal
Pendapatan terbatas
Tidak berkembangnya usaha
4
3
3
3
13
2
Cuaca
Iklim yang tidak menentu
Produksi menurun
2
2
1
1
6
5
Keterangan:
Biaya: (1)Sangat Murah. (2)Murah. (3)Mahal. (4)Sangat Mahal.
Penting: (1)Tidak penting. (2)Kurang Penting. (3)Penting. (4)Sangat Penting.
Umum                : (1)Tidak Umum. (2)Kurang Umum. (3)Umum. (4)Sangat Umum.
Bahan:  (1)Sangat Sulit didapat. (2)Sulit didapat . (3)Mudah Didapat. (4)Sangat Mudah Didapat.




Grafik 1. Permasalahan petani lele dalam persentase.

3.2. Pembahasan
Dari hasil penerapan kegiatan Focus Group Discussion maka dapat dilihat berbagai permasalahan yang dihadapi petani lele pada Tabel 2. Permasalahan tersebut meliputi: hama, penyakit, pemasaran, modal, dan cuaca. Setelah dilakukan penyusunan matrik rangking maka dapat diketahui juga bahwa masalah dengan poin tertinggi yaitu Penyakit 14 poin, diikuti tertinggi kedua Modal 13 poin, diikuti oleh pemasaran 10 poin, hama 10 poin dan yang terendah yaitu cuaca dengan 6 poin. Pada permasalahan pemasaran dan hama memiliki poin yang sama yaitu 10, namun untuk menentukan matrik rangking maka diambil permasalahan yang sangat dominan dirasakan oleh petani, yaitu pemasaran.






IV.    PENUTUP

4.1 Kesimpulan
PRA, sebagai metode yang banyak dipercaya oleh beberapa kalangan cukup tepat digunakan dalam usaha pemberdayaan masyarakat, adalah bukan suatu metode dan teknik yang benar-benar sudah fiks. Seandainya sebuah buku, dalam metode PRA masih banyak terdapat halaman-halaman kosong, dimana pembaca mempunyai dan bahkan diberi kesempatan untuk mengisi halaman kososng tersebut. Hal tersebut memungkinkan pengembangan yang tidak terbatas terhadap metode ini, dan itu bukan menjadi masalah selama prinsip dasar metode ini masih menjadi pertimbangan utama dalam pengembangan teknikteknik PRA. Pertimbangan tersebut perlu ditekankan agar kita tidak terjebak lagi dalam pola lama yang menjadikan suatu metode merupakan panduan atau petunjuk pelaksanaan teknis (juklaknis) yang baku, yang tidak mungkin ada perubahan, yang kalau tidak menggunakan dan mengikuti panduan tersebut artinya salah, dll, yang antara lain seperti telah diuraikan dalam permasalahan yang mungkin muncul dalam penerapan PRA.
Setelah mengetahui permasalahan Petani lele di desa Sialang Kubang, yang ditindak lanjuti dengan membuat kegiatan atau program seperti penyuluhan yang dapat dijadikan sebagai solusi atas pemecahan permasalahan yang terjadi di desa tersebut dengan teknik FGD (Foccus Group Discussion).
4.2 Saran
Sebaiknya kegiatan ini sering dilakukan karena mampu membantu mahasiswa/i untuk mengetahui keadaan petani/peternak secara langsung dan mampu melatih mahasiswa untuk dapat berkomunikasi dengan baik.




DAFTAR PUSTAKA

Chambers, R. 1996. Participatory Rural Appraisal: Memahami Desa Secara Partisipatif. Oxfam – Kanisius. Yogyakarta.
Djohani, R. 1996. Berbuat Bersama Berperan Setara. Driya Media. Bandung
Kumar, S. 2002. Methods for Commmunity Participation. ITDP Publishing. London.
Mikkelsen, B. 2001. Metode Penelitian Partisipatoris dan Upaya-upaya Pemberdayaan. Yayasan Obor Indonesia.
Soetrisno, L. 1995. Menuju Masyarakat Partisipatif. Kanisius. Yogyakarta.













LAMPIRAN

GRAFIK RANGKING PERMASALAHAN





Gambar.01. Notulensi mencatat FGD yang sedang berlangsung
Gambar.01. Notulensi mencatat FGD yang sedang berlangsung
Gambar.01. Notulensi mencatat FGD yang sedang berlangsung
Gambar.01. Notulensi mencatat FGD yang sedang berlangsung
Gambar.02. Fasilitator sedang mengarahkan petani untuk melakukan FGD
Gambar.01. Notulensi mencatat FGD yang sedang berlangsung
 








Gambar.04. Motivator sedang memberi motivasi
Gambar.03. Pemerhati yang sedang memantau FGD
                 


 

1 komentar:

  1. Online Casino & Games - Kadang Pintar
    Play free casino games and win real money kadangpintar with 제왕 카지노 Kadang 메리트카지노 Pintar. Get 100% bonuses on your first deposit!

    BalasHapus

Salam Hangat...